Wednesday, December 24, 2014

Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Genus Cacing Laut Polychaeta di Pantai Timur, Lampung Selatan

The coastal use causes the change of water quality. As a result it affects the change of
its biological composition, such as sea worm from the genus of Polychaete. Sea worm
is very sensitive against the change of water quality and its substrates, so that its’
diversity indices and radiation patterns can be used as an indicator of environmental
quality. The research done in year 2000 was conducted in four coastal village situated
in eastern coastal of South Lampung in which three sampling stations chosen based on
the GPS Garmin II+. The results show that in all stations the diversity indices (of
Shannon-Wiener) of the sea worm are quite high (H’ > 2.5) and most of the radiation
patterns are clustered (Id > 1). (JUNARDI, SRI MURWANI). J. Sains Tek., April 2004, Vol. 10, No. 1: 58-64.

Tuesday, November 25, 2014

Budidaya Cacing Polychaeta, Mungkinkah?

Polychaeta di Indonesia dikenal dengan cacing laut, walaupun tidak semua cacing laut termasuk dalam kelas polychaeta. Peran polychaeta dapat dikategorikan dalam manfaat ekologis dan ekonomis, Tulisan ini hanya akan mengulas manfaat ekonomis polychaeta. Cacing polychaeta merupakan memiliki nilai ekonomi penting untuk pakan alami industri akuakultur. Di negara-negara seperti AS, Inggris, Belanda, Australia, Italia dan China, cacing laut telah menjadi komoditas ekspor antar negera baik dalam bentuk cacing beku maupun cacing hidup.  Cacing laut yang telah dibudidaya umumnya dari famili/keluarga Nereididae (Nereis virens, N. diversicolor), Lumbrinereidae (Lumbrinereis), Glyceridae (Glycera dibranchiata), dan Eunicidae (Diopatra sp.). Di negara-negara tersebut, polychaeta sudah diperhitungkan sebagai sumber devisa negara, lalu bagaimana dengan pemanfaatan polychaeta di Indonesia?

Di Nusantara, dengan potensi laut yang luar biasa tinggi, negeri dengan julukan megabiodiversitas tertinggi kedua setelah Brazil, jumlah spesies polychaeta belum terdokumentasi dengan baik.  Pada aspek pemanfaatan polychaeta, Indonesia hanya mampu mengumpulkan cacing dengan cara menangkap di alam dan belum menjadi perhatian serius apalagi menjadi komoditas ekspor.  Cacing ini hanya dimanfaatkan sebagian kecil oleh para pemancing sebagai umpan dan sebagian kecil lainnya juga sebagai pakan alami di panti-panti pembenihan udang sebagai pakan untuk induk udang.

Mengapa budidaya cacing laut belum ada di Indonesia? Jika ditinjau dari potensi Indonesia memiliki banyak jenis cacing laut yang memiliki nilai ekonomi, baik yang dapat dimakan atau sebagai makanan manusia misalnya cacing Nyale (Eunice viridis), cacing laor (Nereid) atau digunakan sebagai pakan udang dan ikan mislnya jenis-jenis dari famili Nereididae seperti Nereis (Neanthes), Perinereis, Dendronereis, Platynereis, Namanereis dan Namalycastis. Berdasarkan potensi tersebut, dimana titik lemahnya sehingga tidak ada budidayanya? apakah dari segi sarana Prasarana? SDM polychaeta? BERSAMBUNG