Saturday, April 30, 2011

Sekelumit Sejarah Cacing Nipah (Namalycastis sp.)

Nama lokal cacing nipah merujuk pada preferensi habitat cacing ini yang lebih mudah ditemukan pada tumbuhan nipah.  Nama ilmiah cacing nipah, jika merujuk pada nama cacing nipah yang digunakan di Kalimantan Barat, maka sejauh ini ada dua spesies cacing nipah, yaitu Namalycastis rhodocorde, yang dipublikasikan sebagai nama baru (new species) oleh Glasby, Miura, Nishi, Junardi, tahun 2007 dan Namalycastis hawaiiensis Feurborn tahun 1931. Cacing nipah N. rhodochorde memiliki panjang tubuh mencapai 2,5m (spesimen dari Tanjung Api-api Sumatera Selatan) (sumber: harian Sriwijaya Post, 2010), 1.5 m (spesimen dari Sungai Kakap Kalimantan Barat) (hasil penelitian Junardi dkk, 2010 dan lebih dari 3m (spesimen dari Sungai Mekong Vietnam). Pada lokasi-lokasi tempat ditemukan cacing ini lebih menyukai hidup pada tumbuhan nipah (Nypa fruticans) pada lingkungan estuari.


Cacing nipah N rhodochorde juga memiliki nilai ekonomi sebagai umpan memancing ikan dan udang. Pada beberapa daerah di Indonesia cacing ini telah dikenal luas oleh para pemancing, misalnya di Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Jambi, walaupun untuk pemanfaatan yang lebih luas sebagai produk ekspor misalnya cacing nipah diimpor dari Vietnam ke AS (Glasby, et al, 2007; Miller et al , 2004).  Distribusi cacing ini juga masih belum didokumentasikan, dari beberapa informasi yang didapatkan dari media cetak dan elektronik, mencatat bahwa selain di Indonesia dan Vietnam, juga telah ditemukan di Sabah, Malaysia dan New Zealand, spesiemen yang umumnya terdapat pada toko-toko yang menjual pakan ikan di AS dan Jepang umum berasal dari Vietnam.

Cacing nipah N hawaiiensis secara jelas dapat dibedakan secara morfologi dengan N rhodochorde berdasarkan ukuran tubuh, warna tubuh dan tipe seta (rambut pada parapodia atau kaki).  Cacing nipah hawaii lebih pendek, warna tubuh lebih pucat dan ada seta falciger dan spiniger di bagian posterior tubuh (Glasby et al, 2007). cacing nipah hawaii pertama kali diberi nama oleh Feurborn dengan nama Lycastis ranauensis yang menggunakan spesimen dari danau ranau Sumetera Selatan pada tahun 1931, namun dalam perkembangannya nama tersebut di ganti menjadi Namalycastis hawaiiensis oleh Glasby tahun 1999 dengan menggunakan spesimen dari kepulauan Hawaii.  Sampai saat ini data-data ilmiah tentang spesies cacing nipah ini di Indonesia masih terbatas pada taksonomi (Glasby et al 2007), karaktersitik habitat (Junardi, 2008), aspek-aspek reproduksi (Junardi dan Setyawati, 2008, 2009), serta gametogenesis (Junardi, Setyawati dan Yuwono, 2010) yag merujuk pada cacing nipah rhodochorde, sedangkan cacing nipah hawaiiensis masih terus diteliti.