Saturday, March 3, 2012

Pencarian dan Penelitian Cacing Nipah (Namalycastis rhodochorde) di Kalimantan Barat

Cacing nipah sejak dahulu dikenal di kalangan pemancing di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Sebelum tahun 1952, cacing nipah sudah dicari dan dimanfaatkan sebagai umpan memancing di daerah kecamatan Pemangkat, Para pemancing menyebut cacing panjang yang sering ditemukan di sekitar pohon nipah (Nypa fruticans) dengan sebutan Kapang atau Kapang Nipah. Sejak di Sungai Kakap tahun 1988, Aki masih meneruskan mencari Kapang untuk umpan memancing, sehingga bagi masyarakat asal Sambas yang bermukim di Sungai Kakap dan sekitarnya, cacing nipah masih disebut dengan Kapang. Majidi (83 tahun) yang pertama kali mencari Kapang sejak umur 10 tahun di Pemangkat. Saat  itu Majidi sudah mulai ikut mencari Kapang bersama ayahnya. Sejak tahun 1997, pekerjaan Majidi mencari Kapang diteruskan oleh menantunya Jaka sebagai salah satu sumber penghasilan keluarga. Jaka mencari cacing nipah di daerah sungai kakap, selat panjang dan kuala karang yang masih termasuk dalam estuari sungai Kapuas.

Nama Cacing nipah tidak diketahui dengan pasti kapan pertama kali digunakan, menurut Majidi yang bercerita baru-baru ini disela-sela waktu istirahat siang dalam menemani Jaka mencari cacing nipah menyebutkan bahwa, sebutan cacing nipah hanya digunakan oleh masyarakat Pontianak dan sekitarnya yang juga tidak diketahui secara pasti siapa yang menggunakannya pertama kali. Diduga, sebutan cacing nipah di mulai saat para pemancing terkagum dengan banyaknya ikan dan udang yang didapatkan oleh Jaka dengan menggunakan Kapang sebagai umpan. Setelah ditanya dan ditunjukkan yang digunakan sebagai umpan, spontan para pemancing menyebutnya dengan cacing dan juga ditanyakan dimana cacing didapatkan, jawaban dari Jaka dari sekitar pohon nipah. Sampai saat ini sebutan untuk Kapang di Pontinak dan sekitarnya (Mempawah dan Kubu Raya) menggunakan nama cacing nipah.

Pada awalnya Jaka menjual satu ekor cacing nipah Rp. 1000/ekor dengan berbagai ukuran, namun seiring dengan tingginya permintaan harga cacing nipah terus meningkat sampai saat ini cacing ukuran sedang mulai harga Rp. 3000/ekor dan Rp. 20.000/ekor untuk ukuran besar, sedangkan cacing ukuran kecil masih dengan harga Rp. 1000/ekor. Di bidang ilmiah cacing nipah termasuk ke dalam kelas polychaeta (cacing laut), yang dicirikan oleh segmen tubuh dan adanya sepasang kaki pada setiap segmen tubuh kecuali segmen pertama dan terakhir. Suku cacing nipah adalah Nereididae dengan anak suku Namanereidinae.  Anak suku ini, memiliki banyak spesies dengan habitat perairan muara, air tawar dan semi-terrestrial (cenderung ke darat) (Glasby, 1999) tidak seperti cacing laut lainnya yang bersifat oseanis (menyukai perairan laut).

Penulis mulai melakukan penelitian terhadap cacing nipah sejak tahun 2006 yang mendapatkan sampel cacing dari spesimen yang di jual di pasar-pasar tradisional dan pedagang pengumpul kota Pontianak. Deskripsi morfologi cacing nipah yang digunakan mirip dengan cacing laut India (Namalycastis) sehingga digunakan nama ilmiah Namalycastis cf indica. Penelitian pertama tentang cacing nipah dimulai dengan melihat struktur populasi, habitat dan deskripsi morfologi. Penelitian tentang cacing nipah dengan menambah banyak koleksi spesimen, ternyata deskripsi spesimen cenderung mirip dengan cacing air tawar Namalycastis abiuma. Tahun 2007 dengan adanya kolaborasi internasional, penulis mendapatkan nama ilmiah baru untuk cacing nipah yaitu Namalycastis rhodochorde (Glasby, Miura, Nishi, Junardi, 2007). Penelitian selanjutnya mancakup aspek-aspek reproduksi dan perkembangan cacing nipah sampai tahun 2009. Tahun 2011 masih dilanjutkan meneliti reproduksi dengan fokus pada taktik reproduksi. Sejauh ini, ada dua perbedaan morfologi cacing yang ada dan hidup bersama cacing nipah yang didapatkan dari estuari sungai Kapuas Kalimantan Barat. Perbedaan morfologi tersebut belum diamati secara menyeluruh mencakup perkembangan larva dan genetik yang dapat menjadi acuan untuk memastikan apakah dua cacing tersebut termasuk variasi dalam spesies atau berbeda spesies.